Kuliah umum ibu SRI MULYANI di SUPERMENTOR 16

Anggota kami yang terhormat,

Berikut adalah transkrip dari presentasi Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani, pada acara Supermentor 16: End Poverty yang diselenggarakan bertepatan dengan Hari Pengentasan Kemiskinan Dunia pada Senin, 17 Oktober 2016. Sebanyak 3.200 peserta hadir dalam acara yang diselenggarakan oleh the Foreign Policy Community of Indonesia, bekerjasama dengan World Bank Group dan Kedutaan Besar Australia.

Transkrip

Supermentor 16: End Poverty

Supermentor adalah wadah yang memberikan kesempatan bagi tokoh ikonik dan berprestasi tinggi untuk berbagi pengalaman hidup mereka, etos kerja, dan rahasia sukses dengan masyarakat umum, khususnya generasi muda. Kami bertekad untuk menumbuhkan “industry aspirasi” untuk mempersiapkan generasi muda yang dapat membawa perubahan yang baik bagi Indonesia.

Sri Mulyani

Saya adalah anak nomor 7 (In Reference to Mrs. Vivi Alatas’ statement that only the first five children of an Indonesian family will receive proper vaccination and healthcare) jadi tadi perhatiannya sisa-sisa dan mungkin ibu saya waktu itu imunisasinya untung masih..karena saya masih punya bekas suntikan waktu itu, saya terima kasih sekali kepada Vivi yang sudah memberikan presentasi yang sangat-sangat impressive.

Saya tidak tahu apa saya harus bicara lagi karena saya jadi melihat bahan saya menjadi sangat tidak menarik...kay...tapi kita hari ini akan bicara tentang masalah tantangan pembangunan yaitu kemiskinan dan kesenjangan.

Indonesia adalah negara yang termasuk golongan pendapatan menengah di dunia, dari sisi penduduk kita adalah empat terbesar. Kita selama ini mampu untuk menurunkan angka kemiskinan hingga mencapat 10.86%. Penurunan ini sebenarnya cukup baik, namun kecepatan menurunkan jumlah orang miskin, yaitu seperti yang disebutkan oleh Vivi tadi, seperti Putri menjadi sangat lambat pada dekade terakhir.

Selain itu, sejak krisis ekonomi tahun 97-98 saya hampir yakin sebagian yang ada di ruang ini belum lahir waktu itu, betul? Sebagian....Siapa yang belum lahir waktu 97? Wo... ada kok...semenjak krisis ekonomi tahun 97-98 ekonomi Indonesia pulih dan tumbuh tinggi, memang kemiskinan menurun namun muncul masalah baru yaitu kesenjangan melebar. Bayangkan di negeri ni 1% penduduk menguasai 50% aset di negara ini, 1% penduduk dunia menguasai hampir 90% aset dunia.

Dunia memang dihadapkan pada masalah pelik bagaimana kita mengatasi kemiskinan dan kesenjangan. Kalau kita lihat dari sisi kesenjangan diukurnya dengan yang disebut koefisien Gini, makin besar mendekati 1 itu berarti seluruh ekonomi hanya dinikmati oleh 1 itu saja. Makanya kesenjangan itu kalau makin tinggi mendekati 1 ketimpangannya sangat lebar. Indonesia koefisien Gini tahun 2000 0.3, kemudian memburuk menjadi 0.41, baru tahun 2016 agak turun sedikit ke 0.4.

Jadi bagaimana kita sebagai satu negara perlu untuk membuat perekonomian tumbuh baik yaitu cukup tinggi untuk bisa menciptakan kesempatan kerja, mengatasi kemiskinan, mengatasi kesenjangan. Karena ada juga orang yang berpikir barangkali perekonomian itu bisa tumbuh tinggi dan kesenjangan adalah konsekuensi saja.

Karena kalau biasanya pertumbuhan tinggi itu diciptakan oleh orang-orang yang punya modal dan mereka kemudian terus mengakumulasi modal, sedangkan masyarakat di bawah mendapatkan rembesannya saja.

Ada negara yang memang mengalami seperti itu. Tumbuh tinggi dan tidak inklusif, tumbuh tinggi dan kesenjangan melebar, termasuk di negara kita dan negara yang selama ini sangat dikagumi karena memiliki pertumbuhan ekonomi sangat tinggi seperti RRC. Namun ada juga negara yang bisa menunjukkan bahwa kita mampu mendesain pertumbuhan ekonomi yang inklusif, dimana tidak hanya segelintir orang yang menikmati perbaikan ekonomi namun dia bisa dibagi dan dinikmati oleh sebagian besar terutama 40% rakyat yang paling bawah.

Bagaimana kita bisa mendesain perekonomian agar dia tumbuh tinggi karena dia harus menjadi lebih besar, namun dia dinikmati secara inklusif oleh masyarakat terutama yang 40%. Sudah banyak pelajaran di dunia ini mengenai  apa yang bisa dilakukan, tapi Vivi sudah memberikan banyak sekali yang disebut sebagai resep untuk memutus tali atau lingkaran atau rantai kemiskinan antar generasi. Kalau kamu dari keluarga miskin maka anaknya kemungkinan akan miskin, dan kemudian cucunya juga miskin. Rantai kemiskinan harus diputus. Untuk bisa diputus maka keluarga miskin harus mampu untuk bisa menikmati apa yang disebut pelayanan dasar.

Pendidikan, kesehatan, air bersih, sanitasi yang saya yakin diruangan ini Anda menganggapnya sebagai sesuatu yang memang seharusnya ada dan harus saya bisa nikmati. Sebagian dari masyarakat Indonesia masih belum mempunyai kemewahan seperti itu. Meskipun anggaran pendidikan di Republik ini sudah naik 25% dari seluruh Anggaran Belanja Negara.

Waktu saya menjadi menteri keuangan, 10 tahun yang lalu. Anggaran pendidikan kita masih sekitar 50-70 Triliun, sekarang anggaran pendidikan kita adalah 400 Triliun. Anda boleh tepuk tangan...tapi kalau lihat gambarnya dari Bu Vivi dan yang lain tadi masih ada sekolah yang sama sekali belum baik. Masih ada kekecewaan mengenai bagaimana anggaran yang besar mampu untuk memecahkan masalah kualitas pendidikan. Namun saya kan mengatakan dulu pelayanan dasar penting untuk memutus rantai kemiskinan, instrumen yang kedua yang penting adalah kebijakan fiskal. APBN. Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara.

Sama seperti Rumah tangga kita punya pendapatan dan kemudian kita harus membelanjakan. Negara kata Vivi tadi harus hadir. Dan peranan negara sangat penting. Kalau pelayanan dasar tadi adalah pemecahan yang sifatnya bisa menyelesaikan kemiskinan jangka panjang karena melalui proses pendidikan, kesehatan, dan kemudian anak tumbuh kembang. Maka kebijakan fiskal merupakan instrumen yang sifatnya jangka pendek. Atau bisa memecahkan masalah yang kekinian.

Bagaimana budget negara bisa menjadi instrumen untuk memerangi kemiskinan dan kesenjangan?

Ada dua aspek di dalam budget, tadi yang saya sebutkan, penerimaan dan belanja. Penerimaan atau pendapatan negara adalah berasal dari pajak dan bukan pajak. Anda pasti tahu saya akan bicara tentang pajak...Tidak ada Sri Mulyani tanpa tidak bicara tentang pajak.

Negara membutuhkan pendapatan yang berasal terutama dari pajak. Pajak merupakan instrumen yang sangat penting, pertama sangat mudah logikanya mengambil atau redistribusi dari yang paling kaya untuk bisa digunakan membelanjakan untuk kebutuhan sosial dan pemenuhan jasa-jasa dasar untuk kelompok miskin. Redistribusi.

Kalau itu terjadi, secara teoretis harusnya perekonomian bisa tumbuh namun kemiskinan dan kesenjangan bisa juga diatasi. Oleh karena itu penting membayar pajak.

Tadi saya lupa ngecek yang foto sama saya...saya tidak perlu harus dia yang punya NPWP, tapi saya tanya ibu Bapaknya punya ngga NPWP. Jadi dari sisi pajak tentu penerimaan itu penting, Indonesia masih memiliki rasio penerimaan pajak yang relatif sangat rendah. Kurang dari 11% dibandingkan negara-negara lain yang kira-kira setara dengan income per kapita kita dan memiliki tax ratio yang mendekati 12% 15-16. Oleh karena itu...urgensi atau begitu pentingnya untuk membuat perpajakan itu menjadi tulang punggung bagi negara ini menjadi sangat-sangat mendesak, tanpa ada penerimaan pajak, mustahil bagi kita untuk membuat program-program kemiskinan yang bisa menyelesaikan dan memotong rantai kemiskinan antar generasi. Muskil kita bisa menciptakan hidup di Indonesia secara gotong-royong, dimana yang mampu bersedia dan patuh membayar pajak untuk kemudian kita menggunakan bagi banyak masyarakat kita yang masih belum mampu.

Tidak mungkin Indonesia akan jadi negara yang dihormati di dunia internasional apabila kita tidak mampu mengumpulkan pajak karena kita tidak mampu membayar gaji secara memadai bagi para pelayan publik. Tidak mampu Indonesia dihormati karena tidak akan mampu kita membeli alat-alat kesehatan,pendidikan, penelitian,bahkan untuk menjaga keamanan di wilayah negara kita sendiri.

Begitu pentingnya pajak karena dia adalah identik bagi sebuah negara yang mengatakan negaranya negara yang berdaulat. Kedaulatan hanya bisa ditegakkan apabila kita membayar pajak.

Hari ini yang populer adalah mengenai tax amnesty. Saya cari...nah ini dia... ini saya soalnya tidak biasa melakukan operasi seperti ini. Amnesti Pajak, ungkap, tebus, lega...kenapa kita perlu melakukan tax amnesty? Dia adalah bagian dari keseluruhan reformasi pajak, dia adalah satu bagian yaitu untuk memulai atau memutus tali ketidakpercayaan dan mulai membangun suatu kepercayaan antara pembayar pajak dan negara. Oleh karena itu dibuatlah pengampunan pajak agar masyarakat merasa ada peluang untuk mengatakan bahwa saya dulu tidak patuh, kurang patuh, tidak tahu kalau harus patuh karena tadi Mba Vivi bilang tahu atau tidak mampu, atau tidak mau? Bisa segala macam alasan dan sekarang kita akan memberikan kesempatan dengan sebuah hak untuk mengungkap harta Anda menebus dan kemudian Anda merasa lega.

Ini adalah kebijakan terobosan namun dia bukanlah satu-satunya kebijakan reformasi perpajakan. Dia hanyalah merupakan satu bagian untuk bisa membangun tradisi kepatuhan membayar pajak Anda harus diyakinkan bahwa Direktorat Jenderal Pajak menjadi institusi yang bisa dipercaya. Ada yang mengatakan saya ngga mau bayar pajak karena saya tidak tahu apakah uangnya nanti akan dikorupsi atau tidak tapi itu bukan alasan. Itu PR buat kami untuk membenahi Direktorat Jenderal Pajak, reformasi perpajakan juga termasuk di dalamnya memperbaiki Undang-Undang Perpajakan.

Kita juga perlu membenahi kompetensi dari aparat pajak, memperbaiki informasi teknologinya sehingga bisa melakukan matching dari seluruh informasi, dan tentu yang penting yang bisa menumbuhkan kepercayaan...reformasi perpajakan harus membuat Direktorat Jenderal Pajak menjadi institusi yang bersih dari korupsi.

Suatu harapan yang wajar tapi suatu tugas yang Maha Berat. Namun ini adalah suatu keharusan apabila Indonesia ingin memiliki suatu negara yang memiliki penerimaan pajak yang sama dengan negara-negara yang lain dan mampu menggunakan penerimaan pajak itu untuk melakukan banyak fungsi-fungsi negara termasuk tadi yang disebutkan...memutus tali kemiskinan antar generasi.

Jadi pajak penting. Ini adalah sisi penerimaan dari APBN atau budget negara, kebijakan mengenai pajak di banyak negara menjadi suatu diskusi dan bahkan debat politik yang luar biasa sangat penting. Berapa tingkatnya, berapa progresif, berapa yang paling kaya harus dipajaki bidang apa saja yang dipajaki, komoditas apa saja yang harus dipajaki atau tidak dipajaki, untuk apa sajakah bisakah kita memberi insentif?

Itu semua ada di dalam ranah kebijakan perpajakan.

Dan ini merupakan instrumen strategis...

Nah kalau saya sekarang mengatakan begitu susahnya kita mengumpulkan penerimaan-penerimaan negara, maka sisi lain dari APBN yang sebetulnya relatif gampang, yaitu bagaimana membelanjakan, belanja gampang kan? Ada yang susah belanja? Ada yang susah belanja di ruangan ini?

Semuanya senyum dan senyumnya mengatakan gampang! And that's exactly the problem! Apabila kita mengatakan belanja itu gampang, itu adalah asal muasal dari masalah. Karena uang yang dikumpulkan begitu sulit, yang tadi tujuannya untuk redistribusi akan sangat mudah dihijack atau dalam hal ini dikompromikan dengan belanja yang sembrono dan tidak efektif...ada banyak negara yang punya anggaran belanjanya yang begitu besar tapi rakyatnya sama sekali tidak menikmati. Ada yang menjadi candu seperti subsidi, ada yang salah arah yang kemudian menimbulkan distorsi, ada yang menjadi totally waste, atau pemborosan yang sama sekali tidak ada gunanya.

Jadi saya ingin mengajak generasi muda ini karena kalian, kalian adalah generasi yang paling diuntungkan atau paling dirugikan apabila negara salah dalam mendesain dan mengeksekusi belanja. Meskipun sebagian besar kalian atau barangkali ini semuanya belum menjadi pembayar pajak, kalian berhak menikmati sebuah negara yang mampu menggunakan uang pajak untuk memperbaiki kualitas generasi kalian. Pendidikan, 400 Triliun, jadi apa ibu?

Siapa yang menikmati? Kenapa guru saya tetap tidak datang di kelas? Kenapa masih ada ruangan yang bocor? Masih ada 50.000 kelas yang rusak berat. Bagaimana negara membelanjakan itu? 100 Triliun anggaran kesehatan, siapa yang menikmati ibu? Kenapa masih ada Putri yang belum diimunisasi? Kenapa masih ada 30% anak-anak yang mengalami stunting? Ada apa? Apakah itu tidak tahu informasi? Tidak mau? Atau tidak mampu? Knowledge is important, pengetahuan dan informasi menjadi sangat penting. Desain pembangunan bukanlah suatu desain yang sifatnya seperti ilmu yang rumit. Di seluruh dunia ini ada lebih dari 190 negara, ada yang histori atau sejarahnya sudah merdeka 200 tahun ada yang 400 tahun, ada yang 500 tahun. Indonesia bisa belajar dari kita sendiri dan belajar dari negara lain kalau kita ingin membuat pembangunan ekonomi secara baik dan betul-betul mengatasi masalah kemiskinan dan kesenjangan. Mari kita belajar dari yang dikatakan oleh Vivi tadi, belanja untuk pemenuhan jasa yang sifatnya dasar: pendidikan, kesehatan, air minum, sanitasi. Kita sering hanya melihat bahwa kalau yang disebut infrastruktur itu harus jalan tol, kereta api, airport, pelabuhan, telekomunikasi, jarang dan saya hampir yakin kalian tidak masuk dalam kamusnya yang disebut "sanitasi", bagaimana Jakarta yang berpenduduk tergantung jamnya, kalau malam begini ada Supermentor, berarti masih ada 18 juta orang barangkali, tapi kalau ngga ada SuperMentor, sudah pulang ke BSD, ke Tangerang, maka mungkin sekitar 15 juta...

Rumah tangga, coba Anda perhatikan Riool-Riool, dimana Anda membuang air kotor. Apakah air kotor itu disalurkan dan dia tidak bertemu dengan air bersih? Pernahkah Anda memikirkan itu? Sanitasi bukan infrastruktur yang seksi, tapi sanitasi adalah infrastruktur yang sungguh penting. Banyak orang-orang kaya hidup di lokasi yang setiap hari makin tidak sehat. Kualitas air, kualitas udara, dan ini adalah suatu masalah pembangunan. Bukan masalah yang tidak bisa dipecahkan, namun dia membutuhkan suatu pemikiran yang sunggu-sungguh dan komitmen jangka panjang. Pelayanan dasar juga banyak yang didelegasikan dari pusat ke daerah, saya kemarin baru dari Nusa Tenggara Timur, betapa tiap daerah memiliki kapasitas dan kemampuan yang berbeda beda. Yang lahir di Jakarta dari keluarga yang 1%, dia mampu untuk membeli seluruhnya sehingga dia bisa terus menjaga tingkat kesejahteraannya.

Mereka yang tinggal di daerah terpencil dengan pelayanan dasar yang sangat minimal, dia akan terus menghadapi tantangan yang jauh lebih besar. Indonesia negara besar, Indonesia negara yang sangat luas, jangan pernah hanya berpikir bahwa kita hanya fokus disini, di ruang ini, di kota ini. Negara kita membutuhkan perhatian Anda semua dari Sabang sampai Merauke.

Dan disinilah letak kita kemudian untuk membutuhkan...kenapa gambarnya cuma tax amnesty ya...di sini lah letaknya kita tadi membutuhkan kehadiran kita semua. Negara hadir dan sungguh sangat penting...untuk bisa negara hadir kita perlu pilihan di dalam belanja, seperti Anda punya uang saku, Anda bisa memilih apakah uang saku dipakai untuk membeli buku atau untuk Anda makan-makan dan nraktir pacar.

Sama dengan Republik ini, waktu Indonesia memilih belanjanya lebih banyak untuk subsidi BBM, maka hilang kesempatan kita untuk membangun infrastruktur. Subsidi BBM, subsidi listrik, yang menikmati adalah sebagian Anda di ruangan ini. Lebih banyak dari Putri tadi yang dijelaskan oleh Vivi.

Karena Putri tidak punya mobil, dia tidak punya rumah dengan AC 6 biji, atau tidak di tempat kos-kosan Anda yang ada AC-nya. Setiap watt yang Anda konsumsi dia ada subsidi di dalamnya, Anda harus mulai bertanya apakah pantas saya menikmati subsidi itu sementara saya tahu ada banyak Putri-Putri dan tadi anaknya pemulung yang dia tidak mampu, bahkan menikmati subsidi yang diberikan oleh negara.

Karena dia tidak punya rumah, dia punya rumah tapi tidak punya listrik. Dia tidak punya kendaraan untuk bisa menikmati subsidi yang berasal atau diberikan melalui komoditas. Maka niat baik saja tidaklah cukup, negara mengatakan saya ingin membantu orang miskin dengan memberi subsidi! Itu tidak cukup! Bahkan bisa berbahaya karena dia membuat distorsi makin lebar.

Niat baik harus disertai dengan desain yang benar. Gunakan uang yang sama untuk subsidi listrik untuk benar-benar memutus tali kemiskinan. Pilihan sulit! Karena kalau negara harus melakukan itu, pasti banyak rakyat yang protes!

Mereka yang menikmati subsidi itu...dan mereka tidak semuanya juga sangat kaya...

Ada yang tadi disebut Vivi, dia adalah setengah nyaris miskin.

Membuat kebijakan publik untuk pengentasan kemiskinan, penuh dengan pilihan yang sulit. Dia bukan suatu bentuk membelanjakan hanya untuk popularitas, dia memerlukan pemikiran dan bahkan penelitian apakah setiap rupiah yang kita belanjakan betul-betul akan dinikmati oleh masyarakat miskin? Melalui apa? Dengan cara apa akan sampai kepada tujuannya?

Dia adalah suatu tantangan yang sangat sulit karena dia menyangkut banyak sekali emosi masyarakat. Memungut pajak penuh emosi. Membelanjakan salah, kena emosi. Mau membetulkan belanja yang salah, menjadi belanja yang benar, menimbullkan emosi. Jadi..jadi menteri keuangan itu adalah menteri yang mengelola emosi.

Jadi pada malam hari ini saya ingin mengakhiri dengan mengatakan...mengentaskan kemiskinan adalah tugas berat, namun bisa dilakukan. Mengatasi kesenjangan, adalah tantangan yang bahkan makin pelik, tapi juga bisa dilakukan. Dia tidak hanya membutuhkan dana, tapi dia juga membutuhkan pemikiran, dia membutuhkan kemampuan untuk belajar dari kesalahan kita sendiri. Dia membutuhkan Anda semua! Kita semua! Dia membutuhkan kehadiran kita semua, untuk berkontribusi di dalam...

Kalau Anda sebagai menteri menjadi pembuat kebijakan yang mampu menjadi hati nurani dan kebersihan berpikir, Anda mampu untuk menjaga integritas Anda sehingga amanah mengelola 200 Triliun itu bukan adalah uang saya, itu adalah uang rakyat Indonesia.

Dan dia membutuhkan partisipasi Anda untuk melihat, meneliti, mengawasi, dan memberikan laporan. Informasi teknologi begitu sangat mudah sekarang, maka partisipasi dari masyarakat dari Anda semua menjadi begitu penting. Sebuah negara akan menjadi begitu maju apabila masyarakat yang seperti ini menjadi masyarakat yang begitu peduli terhadap apa pun yang dilakukan oleh pemerintah dan mengkritisi secara benar. Dia mengawasi dengan kritis dan kasih sayang, Ibu Sri Mulyani juga butuh kasih sayang...kan tadi mengelola emosi. Awasi dengan kritis, dilihat secara benar, berikan masukan. Yakinkan bahwa 2000 Triliun uang negara dibelanjakan dengan baik, dengan benar, dan dengan penuh amanah.

Saya ingin mengundang Anda semua yang disini menjadi partner saya untuk bersama-sama kita menjaga Republik Indonesia.

Republik ini adalah sebuah negara yang dibangun dengan darah, keringat, air mata, pengorbanan dari para pendiri bangsa kita. Yang di dalam saat-saat diam melahirkan, penuh dengan idealisme untuk membuat sebuah negara yang memiliki nilai gotong-royong, kepedulian bersama. Saya ingin mengajak Anda untuk membangun menumbuhkan dan memperkuat gotong-royong itu, hanya dengan kita semua yang tidak pernah lelah mencintai negeri ini, maka Indonesia menjadi negara yang besar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESENSI NOVEL ' PULANG " - TERE LIYE - PENERBIT REPUBLIKA

SuAmel dan SuLikha

Puisinya Mas Rangga, saat ini menggambarkan hati aku banget. Bosannnnnnn .........